Laman

Jumat, 29 April 2011

Kesalahan Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Sering secara tidak disadari, beberapa orang tua melakukan kesalahan dalam mendidik anak mereka. Apa yang akan terjadi jika anak dibesarkan dalam kondisi yang dipenuhi dengan kekerasan? Tentu, ia akan mengadopsi cara-cara yang sering ia lihat ke dalam kehidupannya kelak. Meski tak selalu, lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya, termasuk bagaimana orang tua mendidik mereka.

Anak yang dibesarkan dalam situasi keluarga yang nyaman tentu berbeda dengan anak yang selalu diberi hukuman fisik oleh orang tuanya. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang tidak tahu bagaimana cara memberikan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan optimal anak. Akibatnya, anak pun tumbuh tidak sebagaimana yang diharapkan.

peran orang tua

"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" [ Efesus 6:4 ].
Didalam ayat ini jelas terlihat peran orang tua, khususnya bapa-bapa, yaitu agar mendidik anak-anaknya didalam ajaran dan nasihat Tuhan. Perintah untuk mendidik anak-anak terutama ditujukan kepada bapa-bapa, walaupun tentunya para ibu memberi pertolongan dan dukungannya. Suami dan isteri perlu melihat peran orang tua ini dengan jelas, sehingga dapat sehati sepikir dalam mendidik anak-anak. Didalam ayat ini jelas terlihat bahwa suami harus mengambil peran sebagai pemimpin dan penentu kebijaksanaan dalam mendidik anak, sedangkan isteri menjalankan peranannya dalam mendidik anak pada jalur-jalur kebijaksanaan yang telah ditetapkan suami. Salah satu sebab kegagalan dalam mendidik anak adalah karena sang isteri menjalankan kebijaksanaannya sendiri dalam mendidik anak. Jika ketidak-sesuaian dan pemberontakan telah terjadi pada orang tua, maka tidaklah mengherankan apabila anak-anak memberontak.

peran orang tua dalam pendidikan anak

Keikutsertaan Orang Tua dalam Pendidikan Anak di Sekolah
Beberapa peneliti mencatat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut [4].
Ø  Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri
Ø  Meningkatkan capaian prestasi akademik
Ø  Meningkatkan hubungan orang tua-anak
Ø  Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah
Ø  Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah
Pihak sekolah dapat menyiapkan beberapa metoda untuk dapat melibatkan orang tua pada pendidikan anak, diantaranya dengan:
Ø  Acara pertemuan guru-orang tua
Ø  Komunikasi tertulis guru-orang tua
Ø  Meminta orang tua memeriksa dan menandatangani PR
Ø  Mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang aktif diikuti para orang tua
Ø  Kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah
Ø  Terus membuka hubungan komunikasi (telepon, sms, e-mail, portal interaktif dll)

Senin, 18 April 2011

cara orang tua dalam mendidik anak

Fungsi keluarga dalam pembentukan kepribadian dan mendidik anak di rumah:
- sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- menjamin kehidupan emosional anak
- menanamkan dasar pendidikan moral anak
- memberikan dasar pendidikan sosial
- meletakan dasar-dasar pendidikan agama
- bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak
- memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi   kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
- menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh.
- memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memberikan pendidikan agama sesuai ketentuan Allah Swt, sebagai   tujuan akhir manusia.

Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, sehingga orang tua harus memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan harapan. Artinya orang tua harus memahami hakikat dan peran mereka sebagai orang tua dalam membesarkan anak, membekali diri dengan ilmu tentang pola pengasuhan yang tepat, pengetahuan tentang pendidikan yang dijalani anak, dan ilmu tentang perkembangan anak, sehingga tidak salah dalam menerapkan suatu bentuk pola pendidikan terutama dalam pembentukan kepribadian anak yang sesuai denga  tujuan pendidikan itu sendiri untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
1. POLA ASUH OTORITATIVE (OTORITER)
• Cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi  di kemudian hari ,fokus lebih pada masa kini.
• Untuk kemudahan orang tua dalam  pengasuhan.
• Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orang tua.
Efek pola asuh otoriter terhadap perilaku belajar anak :
• anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan  ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi dalam   belajar.
• Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
• Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan perilaku mal adatif lainnya.
• Anak perempuan cenderung menjadi dependen
2. POLA ASUH PERMISIVE (PEMANJAAN)
• Segala sesuatu terpusat pada kepentingan anak, dan orang tua/pengasuh tidak berani menegur, takut anak menangis   dan khawatir anak kecewa.
Efek pola asuh permisif terhadap perilaku belajar anak  :
• Anak memang menjadi tampak responsif dalam belajar, namun tampak kurang matang (manja), impulsive dan   mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng) dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau   kesulitan dalam tugas-tugasnya.
• Tidak jarang perilakunya disekolah menjadi agresif.
3. POLA ASUH INDULGENT (PENELANTARAN)
• Menelantarkan secara psikis.
• Kurang memperhatikan perkembangan psikis anak.
• Anak dibiarkan berkembang sendiri.
• Orang tua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan.
Efek pola asuh indulgent terhadap perilaku belajar anak :
• Anak dengan pola asuh ini paling potensial telibat dalam kenakalan remaja seperti penggunaan narkoba,  merokok   diusia dini dan tindak kriminal lainnya.
• Impulsive dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan.
• Anak memiliki daya tahan terhadap frustrasi rendah.
4. POLA ASUH AUTORITATIF (DEMOKRATIS)
• Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tinakan-tidakan masa   kini.
• Memprioritaskan kepentingan anak, tapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak.
• Membimbing anak kearah kemandirian, menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri
Efek pola asuh autoritatif terhadap perilaku belajar anak:
• Anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri dan memiliki kemampuan introspeksi serta pengendalian diri.
• Mudah bekerjasama dengan orang lain dan kooperatif terhadapo aturan.
• Lebih percaya diri akan kemampannya menyelesaikan tugas-tugas.
• Mantap, merasa aman dan menyukai serta semangat dalam tugas-tugas belajar.
• Memiliki keterampilan sosial yang baik dan trampil menyelesaikan permasalahan.
• Tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi.

Peran Orang Tua terhadap Perkembangan Anak dan Remaja



Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama.

Bobroknya moral seorang anak dan remaja bisa diakibatkan salah satu kesalahan dari orangtuanya seperti dalam hal mendidik anak terlalu keras. keluarga yang sedang bermasalah (broken home). Hal tersebut dapat membuat anak menjadi orang yang temperamental. Kebanyakan dari orang tua tidak memikirkan hal ini, mereka berasumsi jika mereka menjalani hidup sebagaimana yang sedang mereka jalani, peran pengasuhan akan terus dengan sendirinya.


Dalam era modernisasi sekarang ini, peran penting orang tua sangat dibutuhkan. Berkenaan dengan perkembangan kecanggihan teknologi. Sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan tidak semestinya, Teknologi IT yang paling sering digunakan para anak muda sekarang adalah akses internet yang mudah ditemui, padahal pemerintah sudah mengeluarkan undang-undang anti pornoaksi dan pornografi tapi masih saja mereka kerap mengakses konten yang berbau negatif. Yang jelas dapat merusak moral sang anak. Teknologi canggih yang semestinya diciptakan untuk menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.


Pergaulan merupakan interaksi antara beberapa orang baik berupa kekeluargaan, organisasi, ataupun masyarakat. Melalui pergaulan kita akan berkembang karena jadi tahu tentang tata cara bergaul. Sehingga menjadikan individu yang bersosial karena pada dasarnya manusia memang makhluk sosial. Namun pergaulan di era modernisasi ini telah banyak disalah artikan terutama dikalangan anak muda. Sekarang kata-kata pergaulan bebas sudah tidak asing lagi didengar oleh siapapun dan jelas termasuk dalam kategori pergaulan yang negatif.


Pergaulan yang negatif adalah salah satu dari sekian banyak penyebab kehancuran sang anak. Saat ini dapat kita lihat banyaknya sistem pergaulan kawula muda yang mengadopsi gaya ala barat (westernisasi) dimana etika pergaulan ketimuran telah pupus, mungkin anda pernah atau bahkan sering mendengar kata-kata MBA (married by accident). MBA tampaknya sudah menjadi tren dikalangan remaja dimana melakukan hubungan seks sebelum menikah banyak dilakukan pada saat pacaran. Anak-anak muda sudah menganggap tradisi ini hal yang biasa dilakukan pada saat pacaran bahkan ada yang tidak segan-segan untuk merekam adegan mesum tersebut untuk disebarkan dan ditonton dikhalayak ramai. Apakah ini bukan kehancuran bagi sang anak?. Jawabannya tentu saja iya


Sebagai orang tua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun lihatlah dari tata cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Bukan sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi sebuah kenyataan. Manfaatnya kembali ke orang tua, sebab sang anak lalu menjadi orang yang menghargai kedua orang tua. ***